Geliat bisnis prostitusi terselubung menyediakan wanita penghibur asal Negeri Tirai Bambu mulai terlihat menjelang Tahun Baru 2009. Namun sempat sepi karena banyaknya pengaduan masyarakat dan razia Polisi di beberapa tempat kota Medan. Dan Kini awal tahun 2010 mulai marak lagi. Para pelacur asing di kota itu antara lain berasal dari Uzbekistan, Thailand, Taiwan dan China, dan mereka beroperasi di sebuah hotel dan tempat hiburan malam. Tarif mereka cukup mahal dibanding pelacur lokal.
Hanya pria berkocek tebal yang mampu bersamanya. Dari penelusuran penulis Amoy-amoy yang sering dijuluki Cungkok ini meramaikan tempat hiburan malam. Cungkok yang rata-rata berkulit mulus, tubuh jangkung dan berusia muda ini menebar pesona. Dandan mereka ala bintang film Hongkong, bahkan tak jarang hanya mengenakan swimsuit menjadi satu daya pikat menggoda pria. wanita panggilan alias pelacur dari negara luar, menjadi primadona ketimbang 'produk lokal'. Terutama yang berasal dari RRC, Thailand dan paling laris manis dari Uzbekistan. Untuk bisa berkencan dengan mereka, harus punya kocek jutaan rupiah
Hanya pria berkocek tebal yang mampu bersamanya. Dari penelusuran penulis Amoy-amoy yang sering dijuluki Cungkok ini meramaikan tempat hiburan malam. Cungkok yang rata-rata berkulit mulus, tubuh jangkung dan berusia muda ini menebar pesona. Dandan mereka ala bintang film Hongkong, bahkan tak jarang hanya mengenakan swimsuit menjadi satu daya pikat menggoda pria. wanita panggilan alias pelacur dari negara luar, menjadi primadona ketimbang 'produk lokal'. Terutama yang berasal dari RRC, Thailand dan paling laris manis dari Uzbekistan. Untuk bisa berkencan dengan mereka, harus punya kocek jutaan rupiah
Pada hotel berbintang mereka bekerja di massage center sebagai pemijat plus. Diperkirakan saat ini di Medan ada seratus lebih dari 1.000 pelacur asal China, Uzbekistan, Vietnam, Thailand dan Filiphina. "Paling banyak dari China daratan. Di sana mereka miskin," kata salah satu petugas hotel sambil menyebutkan sudah berkali-kali. Cungkok dirazia, tapi balik lagi.
DIMANAKAH TEMPAT NYA?
Dari penelusuran penulis Peringkat No.1 adalah di CAPITAL BUILDING. Dan dulu sempat juga di M-City ( sebelum M-City Terbakar).dan Peringkat No. 3 adalah M-3.
salah satu rumah tempat inap cewek-cewek asing ini, berada di Jalan Candi Kalasan, di belakang gedung PN Medan. Mereka umumnya melayani tamu-tamu eksklusif di Capital Building, Jalan Putri Hijau.
Bukan cuma warga setempat yang membenarkan praktik esek-esek itu, tapi juga diamini pembantu rumah tangga (PRT) di rumah itu. Katanya, pengelola cewek-cewek import itu bernama Antoni.
Agus Kepling setempat mengaku kesulitan menertibkan penghuni rumah itu. Alasannya, ia dan warga setempat pernah melakukan pendataan. Namun tiba-tiba Agus malah dihadapkan dengan seseorang di balik gagang telepon, yang membuatnya mundur. Sayang ia tak mau menyebutkan identitas pria dimaksud. "No coment lah. Yang penting tugasku sudah kujalankan," ujarnya mengelak berkomentar lebih lanjut.
Yah, sungguh indah hidup orang asing illegal di Bumi Nusantara ini. KASIHAN DEH PELACUR LOKAL KITA ….PADA NGANGGUR
Padahal Pelacur Asing khan Mahal Banget Harganya. Ucap seseorang PSK Medan yang dijumpai Penulis. "Kalo ST ( read Shor time) Rp2,5 juta. Itupun dah turun klo dibandingkan beberapa bulan lalu. Sebelumnya, Cungkok memasang tarif layanan short time Rp 5 juta. Tarif pelacur asal Thailand juga kini berkisar Rp 2,5 juta, sedangkan si "Kuda Putih" asal Uzbekistan masih bertahan sekitar Rp 4 juta.""
POLA HIDUP JOROK
Para Pelacur Asing di Medan sebenarnya pindahan dari Jakarta. Wanita asing itu rata-rata kerja antara satu hingga tiga bulan, Selanjutnya mereka pindah ke kota lain seperti MEDAN atau kembali ke negaranya dan beberapa bulan kemudian balik lagi ke Jakarta.
Kehidupan sehari-hari wanita penghibur asal China tidak seindah wajahnya. Meski sebagian besar dari mereka tinggal di apartemen atau rumah toko (ruko) mewah, hidupnya sangat sederhana, tertekan, jorok dan terkesan cuma sebagai "sapi perah" para mafia.
Kondisi tersebut terpantau di penampungan berupa apartemen dan rumah tempat tinggal. Dari luar tampak mewah, tapi setelah melongok ke dalam kamar, mereka tidur ramai-ramai dalam satu kamar.
Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) yang pernah digelar, di antaranya terlihat ada 5 Cungkok tinggal dalam satu kamar ruko di lantai tiga. Ada juga ruko tanpa kamar yang dihuni belasan cungkok yang tidur beralaskan kasur busa.
"Makan, tidur, maupun mandi di tempat terbuka, bersama teman lain," ujar salah satu Cungkok. Bicaranya dalam bahasa Indonesia yang masih patah-patah.
Di dalam kamar tidur itu, tampak sprei, pakaian dalam, dalam kondisi acak-acakan beraroma tak sedap. Untuk kebutuhan makan dan minum, mereka harus membeli di lantai dasar yang dijaga sejumlah lelaki.