Tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari
generasi ke generasi baik tertulis maupun silit(sering kali) lisan,
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
1.Balimau
Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang di
kalangan masyarakat Minangkabau dan biasanya dilakukan pada kawasan
tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian.Diwariskan
secara turun temurun, tradisi ini dipercaya telah berlangsung selama
berabad-abad.
Latar belakang dari balimau adalah membersihkan diri secara lahir dan
batin sebelum memasuki bulan Ramadan, sesuai dengan ajaran agama Islam,
yaitu mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Secara lahir,
mensucikan diri adalah mandi yang bersih. Zaman dahulu tidak setiap
orang bisa mandi dengan bersih, baik karena tak ada sabun, wilayah yang
kekurangan air, atau bahkan karena sibuk bekerja maupun sebab yang lain.
Saat itu pengganti sabun di beberapa wilayah di Minangkabau adalah
limau (jeruk nipis), karena sifatnya yang melarutkan minyak atau
keringat di badan.
2.Makan bajamba
Makan bajamba atau juga disebut makan barapak adalah tradisi makan yang
dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di
dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan.Tradisi ini
umumnya dilangsungkan di hari-hari besar agama Islam dan dalam berbagai
upacara adat, pesta adat, dan pertemuan penting lainnya. Secara harafiah
makan bajamba mengandung makna yang sangat dalam, dimana tradisi makan
bersama ini akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat perbedaan
status sosial.
3.Merantau
Merantau adalah perginya seseorang dari tempat asal dimana ia ia tumbuh
besar ke wilayah lain untuk menjalani kehidupan atau mencari pengalaman.
4.Pacu jawi
Pacu jawi atau dapat disebut balapan sapi dalam bahasa Indonesia adalah
sebuah atraksi permainan tradisional yang dilombakan di kabupaten Tanah
Datar, provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Setiap tahun, lomba balap sapi ini diselenggarakan secara bergiliran
selama empat minggu di empat kecamatan di kabupaten Tanah Datar, yaitu
kecamatan Pariangan, kecamatan Rambatan, kecamatan Lima Kaum, dan
kecamatan Sungai Tarab.
Pacu jawi telah ada sejak ratusan tahun lalu, yang pada awalnya
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petani sehabis musim panen untuk
mengisi waktu luang sekaligus menjadi sarana hiburan bagi masyarakat
setempat.
Berbeda dengan karapan sapi di pulau Madura yang diselenggarakan di
lintasan yang kering, pacu jawi di kabupaten Tanah Datar diselenggarakan
di sawah-sawah milik masyarakat setempat sehabis panen dan dalam
kondisi berlumpur.Uniknya, sepasang sapi hanya berlari sendiri tanpa
lawan, bukan dengan pasangan lawan sebagaimana layaknya perlombaan.
Dimana, penilaiannya adalah lurus atau tidak lurusnya sepasang sapi
dalam berlari, disamping penilaian waktu tempuh lintasan.
Selain itu, kegiatan ini juga dipadukan dengan tradisi masyarakat
setempat, seperti penampilan tarian dan permainan alat musik
tradisional.
5.Tabuik
Tabuik (Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka
memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan
oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya
di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran
Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol. Tabuik merupakan istilah
untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut.
Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi'ah, akan tetapi penduduk
terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa,
kebanyakan penganut Sunni. Di Bengkulu dikenal pula dengan nama Tabot.
Tabuik diturunkan ke laut di Pantai Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia
Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman
pada 10 Muharram sejak 1831. Upacara ini diperkenalkan di daerah ini
oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah dari India, yang ditempatkan di sini
dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatera bagian
barat.