Sejak dahulu kala, daerah Toraja memang terkenal memiliki cerita misteri yang begitu kental. Salah satunya adalah mayat yang seringkali terlihat dapat berjalan.
Benarkah hal tersebut? Sejak peperangan yang terjadi antara Toraja Barat dan Toraja Timur ratusan tahun lalu telah meninggalkan sebuah cerita yang hingga kini masih dipercaya oleh sebagian orang Toraja. ( Nonton 3 video nya paling bawah ).
Dalam peperangan tersebut, para massa Toraja Barat mengalami kekalahan dan menewaskan banyak orang, namun saat akan pulang ke kampung mereka seluruh mayat tiba-tiba bisa berjalan, sedangkan orang Toraja Timur walaupun hanya sedikit yang tewas, mereka menggotong mayat saudara mereka yang mati.
Karena kejadian tersebutlah maka peperangan dianggap seri. Pada keturunan selanjutnya orang-orang Toraja sering menguburkan mayatnya dengan cara mayat tersebut berjalan sendiri ke liang kuburnya yang hingga kini masih dilakukan oleh sebagian orang yang memiliki ilmu.
Mayat bisa berjalan tersebut ternyata dengan menggunakan daya magis yang kuat yang mampu menghidupkan kematian baik manusia maupun hewan untuk sementara saja. Kini, praktek mayat berjalan tersebut sudah sangat jarang dilakukan kepada mayat manusia, mereka lebih sering mempraktekkannya kepada binatang seperti ayam atau kerbau yang diadu dalam keadaan leher terputus.
BInatang seperti kerbau yang sudah dipoting kepalanya dan dikuliti habis pun masih dapat dibuat berdiri dan berlari kencang, mengamuk kesana kesini. Mengerikan! Jika anda yang merasa penasaran dan belum mempercayainya, datang saja langsung ke Toraja Barat dan temui orang-orang yang memiliki ilmu seperti itu.
Quote:Konon disebuah gua di desa Sillanang sejak tahun 1905 telah ditemukan mayat manusia yang utuh, tidak busuk sampai sekarang. Mayat itu tidak dibalsem seperti yang dilakukan orang-orang Mesir Purba bahkan tidak diberi ramuan apapun. Tapi bisa tetap utuh.
Menurut pendapat Tampubolon, kemungkinan ada semacam zat digua itu yang khasiatnya bisa mengawetkan mayat manusia. Kalau saja ada ahli geologi dan kimia yang mau membuang waktu menyelidiki tempat itu, agaknya teka teki gua Sillanang dapat dipecahkan.
Di samping mayat yang anti busuk, ada pula mayat manusia yang bisa berjalan diatas kedua kakinya, bagaikan orang hidup yang tidak kurang suatu apapun. Kalau mau dicari juga perbedaannya, ada, tapi tidak begitu terlihat. Konon menurut Tampubolon, sang mayat berjalan kaku dan agak tersentak-sentak.
Dan dalam perjalanan itu ia tidak bisa sendirian, harus ditemani oleh satu orang yang hidup yang mengawalnya, sampai ketujuan akhir yaitu rumahnya sendiri. Mengapa harus demikian?
ceritanya begini. Orang-orang Toradja biasa menjelajah daerahnya yang bergunung-gunung dan banyak ceruk itu hanya dengan berjalan kaki.
Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau yang semacamnya. Nah dalam perjalanan yang berat itu kemungkinan jatuh sakit dan mati selalu ada.
Supaya mayat tidak sampai ditinggal didaerah yang tidak dikenal (orang Toradja menghormati roh setiap orang yang meninggal) dan juga supaya ia tidak mengusahkan manusia lainnya (akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus djenazah sepandjang perdjalanan jang makan waktu berhari-hari), maka dengan satu ilmu gaib, mungkin sejenis hipnotisme menurut istilah jaman sekarang, mayat diharuskan pulang berjalan kaki dan baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannya didalam rumahnya sendiri.
Benarkah hal tersebut? Sejak peperangan yang terjadi antara Toraja Barat dan Toraja Timur ratusan tahun lalu telah meninggalkan sebuah cerita yang hingga kini masih dipercaya oleh sebagian orang Toraja. ( Nonton 3 video nya paling bawah ).
Dalam peperangan tersebut, para massa Toraja Barat mengalami kekalahan dan menewaskan banyak orang, namun saat akan pulang ke kampung mereka seluruh mayat tiba-tiba bisa berjalan, sedangkan orang Toraja Timur walaupun hanya sedikit yang tewas, mereka menggotong mayat saudara mereka yang mati.
Karena kejadian tersebutlah maka peperangan dianggap seri. Pada keturunan selanjutnya orang-orang Toraja sering menguburkan mayatnya dengan cara mayat tersebut berjalan sendiri ke liang kuburnya yang hingga kini masih dilakukan oleh sebagian orang yang memiliki ilmu.
Mayat bisa berjalan tersebut ternyata dengan menggunakan daya magis yang kuat yang mampu menghidupkan kematian baik manusia maupun hewan untuk sementara saja. Kini, praktek mayat berjalan tersebut sudah sangat jarang dilakukan kepada mayat manusia, mereka lebih sering mempraktekkannya kepada binatang seperti ayam atau kerbau yang diadu dalam keadaan leher terputus.
BInatang seperti kerbau yang sudah dipoting kepalanya dan dikuliti habis pun masih dapat dibuat berdiri dan berlari kencang, mengamuk kesana kesini. Mengerikan! Jika anda yang merasa penasaran dan belum mempercayainya, datang saja langsung ke Toraja Barat dan temui orang-orang yang memiliki ilmu seperti itu.
Quote:Konon disebuah gua di desa Sillanang sejak tahun 1905 telah ditemukan mayat manusia yang utuh, tidak busuk sampai sekarang. Mayat itu tidak dibalsem seperti yang dilakukan orang-orang Mesir Purba bahkan tidak diberi ramuan apapun. Tapi bisa tetap utuh.
Menurut pendapat Tampubolon, kemungkinan ada semacam zat digua itu yang khasiatnya bisa mengawetkan mayat manusia. Kalau saja ada ahli geologi dan kimia yang mau membuang waktu menyelidiki tempat itu, agaknya teka teki gua Sillanang dapat dipecahkan.
Di samping mayat yang anti busuk, ada pula mayat manusia yang bisa berjalan diatas kedua kakinya, bagaikan orang hidup yang tidak kurang suatu apapun. Kalau mau dicari juga perbedaannya, ada, tapi tidak begitu terlihat. Konon menurut Tampubolon, sang mayat berjalan kaku dan agak tersentak-sentak.
Dan dalam perjalanan itu ia tidak bisa sendirian, harus ditemani oleh satu orang yang hidup yang mengawalnya, sampai ketujuan akhir yaitu rumahnya sendiri. Mengapa harus demikian?
ceritanya begini. Orang-orang Toradja biasa menjelajah daerahnya yang bergunung-gunung dan banyak ceruk itu hanya dengan berjalan kaki.
Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau yang semacamnya. Nah dalam perjalanan yang berat itu kemungkinan jatuh sakit dan mati selalu ada.
Supaya mayat tidak sampai ditinggal didaerah yang tidak dikenal (orang Toradja menghormati roh setiap orang yang meninggal) dan juga supaya ia tidak mengusahkan manusia lainnya (akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus djenazah sepandjang perdjalanan jang makan waktu berhari-hari), maka dengan satu ilmu gaib, mungkin sejenis hipnotisme menurut istilah jaman sekarang, mayat diharuskan pulang berjalan kaki dan baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannya didalam rumahnya sendiri.